Sabtu, 29 Mei 2010

"KEPASRAHAN CINTA"


Cinta adalah karunia Allah. Bahkan Allah menciptakan alam semesta ini karena cintaNya. Karenanya alam dan dunia ini adalah lautan cinta. Kekuatannya mampu meluluh lantahkan arogansi diri dan kerendahan materi. Maka bukan tanpa alasan seorang Saini KM menuliskan bait-bait terakhirnya dalam puisi Burung Hijau :

Saat kamu tengadah dan dengan tersipu berkata:
‘Memang, yang terbaik dari diri kita layak disatukan.’
Saya pun mabuk karena manis buah berkah, dan melihat:
Malaikat menghapus batas antara dunia dan akhirat.

Ibnu Qoyyim Al jauziyah pernah berkata tentang arti sebuah cinta : ‘Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; membatasinya justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka batasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri.

Kenyataannya, sejarah Islam mencatat kisah-kisah cinta manusia-manusia langit dengan tinta emas dalam lembaran-lembaran sejarah peradaban. Sebuah sejarah yang mengartikan cinta bukanlah utopia dan angan-angan kosong belaka dalam sebuah potret realita.

Tak apalah meregang nyawa bagi seorang Hisyam bin ‘Ash takkala mendengar seorang saudaranya merintih kehausan dalam peperangan Yarmuk, memberikan air miliknya sementara bibir bejana hampir menyentuh bibirnya. Atau indahnya ungkapan yang diberikan seorang sahabat yang mencintai sahabatnya karena Rabb-Nya. Atau seorang Rasul yang memanggil umatnya takkala sakaratul maut menyapa dirinya.

Teringat episode cantik dalam sejarah seorang wanita yang rela menukar cinta dan hatinya dengan Islam sebagai maharnya. Takkala Rumaisha binti Milhan dengan suara lantang menjawab pinangan Abu Tholhah, seorang terpandang, kaya raya, dermawan dan ksatria ‘Kusaksikan kepada anda, hai Abu Tholhah, kusaksikan kepada Allah dan Rasul Nya, sesungguhyna jika engkau Islam, aku rela engkau menjadi suamiku tanpa emas dan perak. Cukuplah Islam itu menjadi mahar bagiku !’ Akhirnya tinta emas sejarah mencatatnya sebagai seorang ummu Sulaim yang mendidik anaknya, Anas bin Malik dan dirinya sebagai perawi hadits Rasulullah sementara suaminya menjadi mujahid dalam sejarah Islam.

Melagu hati Sayyid Qutb dalam nada angan akan sebuah keinginan. Lompatan jiwanya melebihi energi yang ada. Baginya kehidupan dunia bukanlah segalanya. Ia belokkan gelora yang ada hanya pada pencipta-Nya yang dengannya syahid menjadi pilihan hidupnya. Tiada mengapa tanpa wanita.

Gejolak gelora percintaan Rabiah dengan Rabbnya mengajarkan keikhlasan akan sebuah arti penghambaan. Tak sanggup rasanya mengikutinya yang mengharap Ridho-Nya sekalipun neraka menjadi pilihan akhir tempat tinggalnya.

Lain pula kisah sang Kekasih Allah, Nabiyullah Ibrahim ‘Alaihissalam. Sebuah kisah yang menggoreskan samudra hikmah kehidupan bagi manusia yang mengedepankan ketundukan dan kepasrahan yang terbalut cinta daripada darah daging sendiri untuk menjadi persembahan.

Adakah cinta yang masih ada di hati kita menyamai atau bahkan melebihi cinta mereka terhadap apa yang mereka cintai? Jika tidak, lantas apa yang membuat kita membusungkan dada dan mengklaim sebagai pecinta sejati hanya lantaran bunga-bunga kata tanpa makna realita yang kita lontarkan? Diri kita seringkali mencari pembenaran (apologi) atas ketidak mampuan dan ketidak berdayaan dalam mengakui segala kelemahan yang kita miliki. Jika cinta yang mereka hadirkan dapat begitu mempesona bukan hanya karena mereka para sahabat dan shahabiyah atau para Nabi dan Rasul.

Perlu diingat, mereka juga adalah manusia yang mempunyai keinginan dan kecenderungan sebagaimana manusia biasa. Artinya kecintaan mereka dapat kita duplikasikan pada diri kita. Lihatlah bagaimana sejarah kembali mencatat arti sebuah cinta anak manusia dalam akhir hayatnya, sebuah cinta yang dihadirkan oleh mujaddid akhir zaman, Hasan Al Banna yang mendahulukan iparnya Abdul Karim Mansur untuk diberi pertolongan justru pada saat tujuh peluru masih bersarang ditubuhnya……

Ibnu Taimiyah berkata, ‘Mencintai apa yang dicintai kekasih adalah kesempurnaan dari cinta pada kekasih.’ Teori ini bukanlah teori belaka. Teori ini merupakan sebuah konsekuensi logis dan sebuah keniscayaan dari sebuah cinta. Segala daya dan upaya ‘kan menjadi tak berharga jika ia dapat menjadi serupa. Hal ini berlaku kebalikannya. Membenci apa saja yang dibenci kekasih adalah kesempurnaan dari cinta pada kekasih. Amboi, indahnya jika semua itu dilandasi atas kecintaan kepada Rabb-Nya. Dan menundukkan kecintaan lainnya karena ia hanyalah kenikmatan sesaat.

Sesungguhnya siapakah kita ini kekasihku?
Hanya setitik debu melekat di bintang mati.
Menggeliat sejenak karena embun dan matahari:
Hanya sedetik dalam hitungan tahun cahaya.
(SAINI KM)

Jika saja Sapardi mengungkapkan kekuatan keinginan cintanya dengan bait-baitnya :

AKU INGIN,
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
(Spardi Dj. D)

Maka Islam mengajarkan indahnya cinta dalam untaian do’a :

‘Ya Alloh, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu. Telah berjumpa dalam taat pada-Mu. Telah bersatu dalam da’wah pada-Mu. Telah terpadu dalam membela syari’at-Mu. Kokohkanlah, Ya Allah ikatannya, kekalkan cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal pada-Mu. Nyalakanlah hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu. Matikanlah ia dalam syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong….

Wallohu a’alam.

Senin, 24 Mei 2010

"SEULAS SENYUM YANG TERTINGGAL"

"Seulas senyum kini menghiasi hari-hariku dalam menapaki hiruk pikuknya kehidupan dunia,sebuah senyum yang mana pernah hilang puluhan tahun yang lalu,sebuah senyum yang membuat airmataku gugur berjatuhan,serta sebuah senyum itu pula yang meninggalkanku dalam ambang kehancuran hati,.
tak kan pernah hilang walau waktu memaksaku untuk membuang semuanya,perih memang kenyataan pahit ini seakan meluluhlantakan hati dan perasaanku,menghantuiku tiap waktu seakan ingin memelukku dalam bingkai kesuraman.tak ada yang ku sesali ,semua adalah garis kehidupan yang mesti aku lalui.menapaki tangga demi tangga untuk terus melangkah hidup mesti kadang harus terpental oleh terjalnya roda kehidupan.
Lelah,,,,,,,,,,,,semuanya begitu lelah,hanya sebuah keyakinan yang selalu membuat ku bisa bertahan untuk bisa lalui semua,tak ada yang ingin ku raih,,seandainya ku bisa meminta,ku ingin kembali pada saat-saat di mana aku bisa menikmati sebuah senyum itu walau semuanya tak akan mungkin untuk terulang.
Ya Allah,terima kasih atas semua ujianMu,kini aku bisa memahami apa yang dulu pernah aku tangisi,aku bisa bahagia dari apa yang dulu membuatku menderita,semua adalah anugerah dan kasih sayangMU terhadap diriku,dan ampuni aku atas semua keluh kesahku.
waktu telah mengantarku untuk kembali melihat senyum itu,dia telah kembali menghiasi hari-hariku mesti tidak seutuh yang ku mau,
Trima kasih key,keyza n wina,,,,,,,,ku berharap senyum itu takkan hilang dari kalian agar aku bisa melangkah tanpa harus kembali kehilangan,,,,,,,,

sungai siring best of memoryal,may 2010.

Sabtu, 22 Mei 2010

"CATATAN SANG'TITIK"

Kehidupan ini tidak harus biru seperti yang ku inginkan, juga tidak harus mulus dan lurus seperti yang kuharapkan. Aku harus mengerti dengan benar bahwa kehidupan punya warnanya sendiri seperti yang ia inginkan, ia juga memiliki cacat seperti yang seharusnya ia miliki serta memiliki cabang karena memang itu yang digariskan untuk kehidupan.
Aku memang hanya titik kecil, tapi entah mengapa aku selalu ingin menjadi besar. Aku tidak perduli berapa ribu orang yang mengatakan bahwa aku kecil, yang pasti aku merasa aku tidak sekecil bentuk konkritku, aku memiliki fikiran, ide, sudut pandang, perasaan. Dengan semua itu aku merasa istimewa lebih istimewa daripada garis.
Aku memang hanya sebuah titik kecil, tapi aku tidak pengecut. Aku tidak takut untuk berkata “tidak” didepan malaikat sekalipun, jika itu memang “tidak”. Aku bukan pecundang yang roboh pada pandangan pertama pangeran cinta dan aku bukan penakut yang menyerah sebelum berperang. Aku fikir aku kuat, sebab kepalaku kepala batu, mentalku mental baja, tangan dan kakiku besi, ideologiku seperti karang.
Aku tidak takut pada warna hitam seperti aku yang tak takut pada malam, aku tak takut pada putih seperti aku tak takut pada siang, aku tak takut pada hujan juga tak takut pada panas, aku tak takut pada mati walaupun hidup tak pernah kupilih, aku tidak takut berapa ribu kata ancaman keluar untukku sebab aku merasa kau sendiri sebuah ancaman, aku tidak takut pada kegagalan sebab keberhasilan belum tentu baik untukku, aku tidak takut pada kemiskinan sebab kekayaan tak kan mampu menyelamatkan ku dari pertanggung jawaban, aku tak takut pada penderitaan karena aku yakin kebahagiaan tak kan menyelamatkanku dari kematian.
Aku tidak takut semua itu….., sama sekali tidak takut!. Tapi, aku sangat takut Allah meninggalkanku, mengabaikanku karena nistaku sudah tak terukur, karena kesombonganku melampaui batas, karena kebodohanku tak berujung, karena keserakahanku tak bertepi, karena kebusukan hatiku sudah tak lagi terobati.
Aku takut.., sangat takut!. Aku takut Allah takkan meridhoiki, aku takut Allah takkan merahmatiku karena kedholimanku, karena kejahatan lidahku, karena zina mataku, karena pengkhianatan hatiku, karena kejahilan tanganku, karena kecerobohan kakiku. Aku takut!, ketika gelap dan sempit kuburku tanpa rahmat dariNYa, ketika panas padang mahsyar tanpa naungan dariNya, ketika malAikat menyiksaku tanpa perlindungan dariNya, ketika shirotol mustaqim terasa kecil dan tak mampu kuseberangi tanpa bimbingan dariNya. Aku takut…aku takut pada murka Allah, sangat takut!.
Aku takut ketika rosulallah tidak sudi mengakuiku sebagai umatnya karena kemunafikanku. Aku takut, ketika Rosulallah mengeluarkan aku dari jama’ahnya karena pengkhianatanku pada sunnahnya, aku sangat takut, entah aku harus bagaimana..?, aku takut!.
Aku memang hanya sebuah titik kecil, tapi aku tidak jahat. Aku tidak mau berniat menyakiti orang lain, aku tidak mau merugikan orang lain, aku tidak mencuri, anti bagiku merebut hak orang lain. Aku juga tidak egois!, aku tidak mau bahagia sedang orang lain kubuat menderita, aku tidak mau menyusahkan orang lain demi diriku sendiri, aku juga tidak mau memanfaatkan orang lain walaupun aku sangat membutuhkannya.
Aku memang hanya sebuah titik kecil, tapi aku tidak mau disakiti. Aku tidak rela dijadikan korban bagi kesenangan orang lain, aku akan membela diriku jika aku merasa dirugikan, aku tidak sudi dijadikan kambing hitam dari perbuatan orang lain, aku tidak mau dituduh walaupun untuk hal-hal kecil, aku tidak mau disalahkan dalam hal apapun, aku tidak mau dimanfaatkan walaupun sedikit, aku tidak mau dibuat susah oleh orang yang tidak tau diri, aku tidak rela melakukan banyak hal untuk orang yang kuanggap jahat, aku tidak mau harga diriku dilecehkan walaupun sedikit, aku tidak mau aqidahku diinjak-injak walaupun hanya melalui sepatah kata, aku tidak akan membiarkan keluargaku terhina.
Aku memang hanya sebuah titik kecil, tapi aku baik, walau tak jarang aku melukai orang lain.
Aku adalah titik kecil yang berusaha mencari makna keberadaanku. Agar mampu kurengkuh tangan suci penciptaku, agar tak malu aku mengharap rahmatNya, agar pasti akhir hidupku dalam RidhoNya. Amin.

Kamis, 20 Mei 2010

"DI PERSIMPANGAN PERASAAN"

Hari ini tak ingin aku lewati tanpa warna. Ingin rasanya kulukiskan indah hati yang saat ini sedang menggelantung manis di langit hati bertahta mahkota cinta dari ribuan asa yang ingin aku raih. Jauh sudah banyangan mimpi yang lama sudah terpendam dalam diri pergi meninggalkan jiwa yang hampa menanti pasti akan datangnya hari itu. Hari kala aku mampu untuk menatap hidup dan kenyataan hidup yang terkadang sulit untuk aku lalui. Hati kini sudah mulai mengerti dan menyadari bahwa hidup ini tidak selamanya hanya berlukiskan sedih dan duka. Adakalanya bahagia hinggap sesaat untuk menghibur pasti.

Lara kini seakan sudah mulai berangsur-angsur pergi menjauh dari hati. Ia seperti tak ingin berlama-lama lagi bersemanyam dan menjadi duri dalam kehidupan hati. Terima kasih ingin sekali aku beri, pada siapa pun yang pernah bantu mengusir sepi dan sedih hati. Ku tak ingin orang kan mengira hati ku lupa diri. Hanya ingat pada mereka saat hati ini luka dan lupa mereka saat hati ini bahagia. Ku berjanji pada hati akan menyongsong hari nanti dengan lebih berani dan percaya diri. Ku yakinkan hati bahwa semua ini akan dapat aku lalui.

sayank....aku masih butuh belaian kasih dan pendorong hati. Agar jiwa ini tak hampa lagi. Ku ingin membagi apa yang bisa aku bagi dan beri. Semoga kau semua masih mau untuk mengerti hati ini. sayank....ku tak akan lupa akan hari-hari yang sudah kita lewati. Ku tau masa tak akan kembali, tapi ku tak ingin bahagia ku kala bersama mu terlewati anpa arti. Ku ingin mengenang semuanya dalam hati ini. Semoga kau jua mau untuk terus berbagi sampai nanti.

Ya Allah Tuhan yang Maha Pemberi Rahmat. Ku tau tanpa rahmat dan karunia dari-Mu aku bukanlah siapa-siapa. Ku tak mampu untuk tidak meminta bantuan padamu. Karenanya, bantulah aku, dampingin aku selamanya. Karena hanya dengan itu aku memiliki kenyakinan untuk terus melangkah maju, meniti hari ku yang masih panjang ini. Ku tak mampu untuk melukiskan besarnya rasa syukur dan terima kasih ku pada-Mu. Kata-kata yang aku miliki seakan tak mampu untuk mewakili perasaan hati ku.

Penggalan cerita hati ini aku yakin akan terus berkisah. Selama hati ku masih mampu untuk merasa dan merasa. Aku yakin ia tak akan berhenti. Cerita hati ini akan berubah mengikuti irama kehidupan yang sedang bernyanyi mencari bait-bait syair yang pantas dan sesuai. Hati berharap agar lagu yang ia ciptakan kelak dari penggalan cerita hati ini akan bisa dikenang selamanya.

mungkin jika aku tak bisa memilih,aku hanya inginkan semua yang pernah ada di hati ini bsa ku kenang buatku nanti di penghujung hariku,,
"samarinda,,,,kenanglah aku di saat aku tak ada lagi di sini,,,,,,,,,,,,,,